Inilah sebuah cerita dosen nganuin dengan mantan mahasiswinya.
Walaupun sang mahasiswi sudah menikah, namun kontol dan goyangan si dosen tak
pernah ia lupakan hingga selalu berhubungan walaupun sudah lulus. Dan, Ia pun
membagi si dosen tersebut kepada temannya yang kesepian. Simak cerita
lengkapnya berikut ini!
Aku Sintia, aku baru aja nikah. Cuma gambaran tentang nikah
dan kenyataannya beda banget kaya semar dan arjuna. Terbayang nikmatnya kalo
diranjang dengan suami hampir gak pernah aku rasakan, memang si belon setaon
aku nikah. Aku nikah dengan lelaki mapan, punya segalanya: rumah, kendaraan
buat aku juga, peralatan rumah modern dan lengkap. Yang kurang adalah aktivitas
ranjangnya, maklum suamiku sangat workaholik, sehingga aku jadi istrinya yang
kesekian. Istri pertama, kedua, kedtiga dst ya kerjaan lah. Kadang weekend pun
dia kerja, seringnya keluar kota.
Kalo ada dirumah, kerja ampe tengah malem, aku dah ngantuk
dan ketika naek ranjang dia dah letoy, sehingga jaranglah aku dicolek2. Ya mo
bilang apa, dari segi materi terpenuhi tapi segi yang satunya lagi enggak.
Memang nasib ya kalo milih suami lelaki yang dah mapan dan workaholik pula. Aku
slesai sekolah langsung nikah, kenal suamiku juga gak lama, sehingga pacaran
bentar langsung dilamar dan dijadiin istri deh. Aku punya temen Nina, temen
akrab waktu kuliah, sampe sekarang. Aku sering curhat ma Nina, tapi ya Nina gak
bisa kasi jalan keluar apa2, cuma menjadi pendengar yang baek aja. Ya
mendinglah bisa curhat biar gak da solusinya, katimbang dipendem diati, bisa
depresi lama2. Nina blon nikah api pengalaman ranjangnya banyak banget, dari
mantan2 cowoknya.
Satu weekend, seperti biasa aku jadi bujangan lagi karena
suami dah ngilang kluar kota, aku call Nina. Heran juga lama baru diangkat
hapenya. “Halo”, kedengaran suara Nina serak. “Kamu sakit Nin”. “Enggak kok”.
“Kok serak gitu”. “iya neh, kebanyakan triak2 kali”. “Ngapain triak2, ikut demo
ya”. “Iya demo kenikmatan”. Aku gak ngerti juntrungan omongannya yang terakhir
tapi aku gak nanya lebi lanjut, mungkin ada hubungannya dengan aktivitas
ranjang. “Kamu kesepian ya, ketempatku aja, ntar ikutan demo”. “Aku ganggu gak,
kan kamu lagi bernikmat ria”.
Dia cuma tertawa, “Gak kok, kan bisa di share”. “Oke deh aku
ke rumahmu ya”. “Aku tunggu ya”. Segera aku meninggalkan rumah, meluncur dengan
mobi yang kusetri ndiri. enaknya punya suami mapan diluar ranjang, ya semua dah
tersedia, termasuk mobil, biar gak mewah juga. Sesampe dirumah Nina, kulihat
Nina masi acak2an, rambut gak disisir, dia uma pake t shirt gombrong panjang,
sehingga kaya rok super mini. “Blon mandi? Tumben, biasanya pagi2 dah rapi”.
“Masi asik, jadi males mandi, masuk deh”. Aku duduk dimeja makan, dia lagi
sarapan, “Mo ngikut sarapan?” “Aku dah sarapan dirumah”. Kita ngobrol santai
ja, tiba2 keluar seorang lelaki dari kamar Nina, cuma pake celana pendek aja,
bertelanjang dada. . Aku kaget ngeliatnya, ternyata bapak mantan dosen. memang
si pak dosen itu terkenal pemburu mahasiswi di kampus, banyak mahasiswi yang
jadi temen kencannya.
Orangnya si ganteng, atletis dengan dada yang bidang, dan
mata kuliahnya sulit lulusnya, sehingga banyak mahasiswi yang menggadekan
badannya dengan tukeran nilai di katrol tanpa susah2 lagi. Kayanya Nina
langganannya juga neh, ampe dah lulus masi ja pengen dipatil ma kont0l si
bapak. Si bapak biasa ja melihat ada aku. “Kamu Sintia kan”. “Ya pak, pa kabar,
kok bisanya ada dimari”. “Ya bisalah, saling berbagi ma Nina kan”. Aku tertawa,
aku ngerti sekarang, rupanya Nina triak2 saking nikmatnya dianuin si bapak,
sampe serak gitu. “Sintia ngeganggu bapak gak nih”. “Sama sekali enggak, mau
join? Katanya jablay”. Wah Nina ember juga ke si bapak. “Kalo jablay, aku gak
tersinggung kok kalo disuru membelai kamu”. “Membelai Nikmat Sin”, Nina
nimbrung. Si bapak, ikutan duduk dan sarapan bareng Nina. Aku agak risih karena
mereka suap2an didepanku. “Kamu mo aku suapin juga Sin”, tanya si bapak sambil
tertawa. Aku cuman ngegeleng ja. Abis makan, Nina ngajakin aku duduk di sofa,
dia tetep ja gak mandi.
“Ada bokep asik Sin, mo liat gak”. Nina langsung memutar
dvdnya, ternyata bokep lesbian, jepang. Ah uh nya seru juga. Aku gak pernah
liat bokep lesbian, tapi ini seru juga, mereka pake dildo yang kedua ujungnya
berbentuk palkon, panjang dan gede, ujung satunya masuk mem3k cewek pertama
yang satunya terbenam di memek cewek kedua, mreka saling tindihan, yang diatas
ngegenjotkan dildonya kluar masuk mem3k cewek yang dibawahnya, yang langsung
ber ah uh ria, kaya lelaki prempuan ja. Si bapak ikutan nonton, duduk
diseberang kami berdua. Nina mulai iseng, dia mngelus tokedku. Aku risih dan
menerpis tangannya, dia malah mengelus pahaku yang hanya tertutup rok mini, aku
jadi menggelinjang dielus gitu, berahiku mulai timbul juga, pertama akibat
bokep yang seru banget dan ditambah elusan tangan nanakl Nina di toked dan
pahaku. Nia makin agresif mengelus badanku.
Aku malah diciumnya di bibir dengan penuh nafsu. Kembali
sensasi menakjubkan itu kurasakan, nafasku mulai menjadi semakin tidak karuan,
aku sudah tidak tahan lagi, langsung saja kuremas kedua tokednya. Nina gak pake
apa2 dibalik tshirt gombrongnya. Dua segera melepaskan t shirtnya sehingga
langsung bertelanjang bulat. Dia menaruh tanganku di tokednya, yang langsung
kuremas dengan gemas, besar dan kenceng, lebih besar dari tokedku malah, sambil
sesekali kuhisap, berkali-kali ia menjerit lirih. “Ohh.. mm.. uuouugh.. Sin..
uuhh..”jeritnya tertahan. Desahannya itu semakin membuatku kehilangan akal,
tanpa pikir panjang kumasukkan jariku ke dalam liang memeknya, dan..
“Bles..” terasa liang memeknya masih rapat. Sesaat dia ingin
mengatakan sesuatu tapi dengan cepat aku langsung membungkam mulutnya dengan
bibirku. Aku heran juga kok bisanya aku ngeladenin permaenan Nina, padahal gak
pernah terpikir sebelumnya aku bakan gelut ma sesama prempuan. Hebat banget
pengaruh bokep itu ya. Si bapak hanya senyum2 ja melihat ulah kami berdua. Dia
asik nonton kami berdua, bokepnya dia matikan.
“Sin diranjang aja yuk”, Nina bangkit dan menyeretku ke
kamarnya. Dia segera melepaskan t-shirt yang kukenakan, terpampanglah dua
gundukan indahku terbalut BH putih berenda. Kami berpandangan, kemudian dia
mengecup bibirku, dan aku diseretnya keranjangnya, si bapak juga ikut ke kamar
Nina. Sprei sangat acak2an, abis bertempur dahsyat rupanya Nina dan si bapak.
Nina kayanya bisex, makanya mau gelut ma aku juga. “Sin, bodi kamu asik banget,
proporsional ukurannya, tu jembut kamu lebat gitu, napsunya gede ya. Tersiksa
banget kalo jablay padahal napsunya gede”, kata si bapak memuji tubuhku. Aku
hanya diam saja. Nina berbaring di sampingku, dibelainya rambutku dengan
lembut, dikecupnya keningku, bibirku, kemudian lidahnya mulai menelusuri
tubuhku, diciumnya dadaku, pagutan demi pagutan membuat aku kegelian. Pentilku
tegak berdiri karena aku sudah sangat terangsang. Dijilati pentilku satu
persatu. “Oooh..!” aku mendesah kegelian, dia pun mulai menghisap pentilku yang
sebelah kanan sedang yang kiri dipilin-pilinnya dengan kedua jarinya. Aku makin
mendesah, memejamkan mata sambil menggigit bibir, berusaha menahan gairah yang
begitu menggelora. Bibir kami pun bertemu, saling melumat, lidah kami saling berpilin,
dada kami saling bergesekan. Nina sudah tidak sabar lagi, ia mulai melepas rok
mini beserta cd yang aku pake.
Kini kami berdua sama-sama telanjang bulat, kami mulai
bergumul di atas ranjang, berguling-guling ke sana kemari. Bibirnya terus
melumat bibirku, nafasku makin tidak teratur, Dia menindih tubuhku sembari
jarinya mengobok-obok memekku. Kedua jarinya berusaha mencari titik G-spotku,
sampai akhirnya dia menemukannya, kemudian ditekannya dengan jarinya. Beberapa
saat kemudian aku mulai menggeliat-geliat, kedua kaki kulingkarkan ke
pinggangnya, tubuhku mulai mengejang, bahkan pantatku sampai terangkat. Tubuhku
makin mengejang dengan hebat sampai-sampai aku memejamkan mata. tangannya yang
satu lagi meremas pantatku dengan kuat, tubuhku semakin mengejang-ngejang.
“Ooohh.. oughh.. aahh.. Nin.. aku mau keluar nihh.. oohh..” aku mendesah dengan
keras. aku merasakan cairan hangat keluar dari memekku. Tak lama kemudian aku
pun mencapai orgasme, tubuhku mengejang dengan hebat, seolah-olah ada yang
meledak dalam tubuhku. Aku terkulai lemas dalam pelukannya, dia tersenyum
kepadaku, “Nikmat Sin?” aku hanya mengangguk lemes. “Terusin ma si bapak ya,
katanya pengen nikmat”, katanya lagi sambil bangkit dari ranjang, sementara aku
masi terkapar di ranjang. Nina menghilang gak tau kemana, aku si gak perduli ma
Nina lagi, ngebayang kenikmatan yang bakal menerkamku waktu si bapak nganuin aku.
Si bapak segera memposisikan badannya diseebelahku tanpa
menunggu persetujuanku lagi. Dia mengambil posisi memiringkan tubuh ke kanan
menghadapku. Dia mulai aktif menciumi seluruh wajah, tengkuk, belakang telinga,
leher, terus turun ke bawah, toked kiriku diisap-isapnya, sementara yang kanan
dipilin-pilinnya lembut. Rangsangan ini segera membangkitkan birahiku. Mulutnya
bergerak kagi ke bawah, ke arah pusar, dijilatinya dan ditiupnya lembut,
kembali aku mendesah-mendesis nikmat, sambil jari tangannya mengobok-obok
lembut lubang memekku, mengenai itilku, menimbulkan kenikmatan yang hebaaaat,
kukejangkan seluruh tubuhku, sampai pingganggku tertekuk ke atas, serrrrrr….
kubasahi tangannya yang lembut dengan semburan cairan hangat yang cukup deras
dari memekku. Cuman dielus aja aku bisa klimax lagi, tangannya sakti amir nih.
“Pak, masukkan sekarang, Sintia udah nggak tahaaaannnn……”, pintaku manja tanpa
rasa malu lagi. Tetap dengan posisi miring-berhadapan, kubuka selangkanganku
tinggi-tinggi, kugenggam kontolnya dan kusorongkan lembut ke lubang memekku.
“aaaaahhhhhh…….” lenguhanku kembali terdengar lebih seru. Terasa sekali ada
benda bulat panjang yang keras banget menerobos masuk memekku. Sensasinya luar
biasa, rasanya memekku penuh keisi kontolnya yang lumayan gede itu, palagi dia
mulai menekan pelan sehingga ambles makin dalam. Kontolnya baru masuk
setengahnya dalam memekku, dimajukannya lagi kontolnya, dan kumajukan pula
memekku menyambut sodokannya yang mantap-perkasa. “Paaak… maju-mundurnya
barengan, ya…..”, ajakku. Kami maju dan mundur bersamaan tanpa perlu diberi
aba-aba, rasanya lebih enak dibandingkan pria di atas wanita di bawah. Kulihat
si bapak merem-melek, demikian juga dengan diriku, kontolnya dengan irama
teratur terus menghujam-mantap berirama di dalam liang memekku yang terasa
sempit kemasukan kontolnya yang lumayan besar. Terasa sekali gesekan kontolnya
ke dinding memekku, luar biasa nikmatnya. Baru kali ini aku merasakan nikmatnya
dianuin. Memekku mulai tersedut-sedut lagi, tanda akan mengeluarkan semburan
hangatnya. “Aduuuuhhhh, paaaak, enaaaaakkkkkkk……..”, aku agak berteriak sambil
mendesis.
Dia belum muncrat, luar biasa kuatnya. “Ganti gaya, ya Sin,
aku cabut dulu sebentar”, ajaknya sambil memutar tubuhku, tetap pada posisi
miring membelakanginya. Dia memelukku kuat dari belakang, sambil meremas lembut
kedua tokedku, kuangkat kakiku sebelah, dan kuhantar lagi kontolnya memasuki
memekku……“aaaaaaaaahhhhhhhhhhh …. enak, paaak……., gesekannya lebih terasa dari
yang tadiiiiii…..” aku mendesah nikmat…..Kali ini aku hanya diam, sedang dia
yang lebih aktif memaju-mundurkan kontolnya yang belum muncrat-muncrat juga
pejunya.
Sudah hampir satu jam dengan dua gaya ini, “Sin, aku mo
ngecret, didalem ya”. “Ya pak, muncratin didalem aja, biar lebih nikmat lagi”.
Dia semakin mempercepat irama maju-mundurnya, dan “Aaah, aaah, aaahh….” dia
mendesah sambil mengeluarkan pejunya dengan tembakan yang kuat-tajam-kental
bagai melabrak seluruh dinding rahimku, setrumnya kembali menyengat seluruh
kujur tubuhku. “Aaaaaaaa………” aku berteriak panjaaaanng sambil kusemburkan juga
air memekku. Tenagaku benar-benar seperti terkuras, tanpa melepaskan pelukan
dan juga kontolnya, masih dengan posisi miring, kami terdiam lagi beberapa
menit… sampai semua getaran mereda.
“Sin, dah lama banget aku pengen nganuin kamu, sejak kamu masi kuliah, tapi gak pernah kesampean. Nina aja sampe
ketagihan ngent0t ma aku, sampe sekarang masi sering minta aku ent0t. NIkmat
gak Sin”. “Nikmat banget pak, bapak kuat banget si nganuinnya, Sintia bisa
berkali2 klimax bapak baru ngecret. Mo lagi ya pak”. “Tu kan, apa aku bilang,
prempuan yang jembutnya lebat mana puas cuma sekali maen”.
“Mandi bareng, yok” ajaknya. Dicabutnya kontolnya dari lobang
memekku yang sudah kering, aduuuhhhh enaknya. Aku pun segera bangun. Dia
menarik tanganku, aku bangkit dan dipeluknya. Aku di ciumnya sambil
menggelitiki toked dan memekku, kembali birahiku naik. Sampai di bawah kran
pancuran air hangat, kami berdua berpelukan, berciuman, merangkul kuat. Dengan
posisi berdiri kembali kontolnya mengeras bagai batu, segera kurenggut dan
kugenggam dan kumasukkan lagi ke memekku. Staminanya kuat banget ya, gak tau
deh semalem brapa ronde dia nganuin Nina, skarang baru ja ngecret di memekku
dah ngaceng lagi, keras banget.
Dengan tubuh basah disiram air hangat dari pancuran, dan
tetap dengan berdiri, kami ngent0t lagi. Dia kembali menggerakkan kontolnya
maju-mundur, sementara aku bagai menggelepar memeluk erat tubuhnya yang
perkasa. “Pak, sabunan dulu, ya”, tanpa melepaskan kontolnya dari memekku, kami
saling menyabuni tubuh kami, khususnya di bagian-bagian yang peka-rangsangan.
“Lepas dulu, ya Sin, aku ambilkan handuk dulu”, dia melepaskan tusukannya,
menuju lemari pakaian Nina, dan diambilnya dua handuk baru, satu untukku satu
untuknya. Selesai handukan, aku bermaksud mengambil pakeanku karena kupikir
aktivitas hari ini sudah selesai. “Eiittt, tunggu dulu, kontolku masih keras
nih, kudu dibenamkan lagi di memek kamu sampe aku ngecret lagi.” Gila, mau
berapa kali aku orgasme hari ini. kuhitung-hitung sudah 12 kali aku
menyemburkan air memek sedari tadi dikilik ma Nina.
Aku mengambil posisi sederhana, terlentang menantang biar dia
bisa menindihku dari atas. Kami ngent0t lagi sebagai hidangan penutup dengan
“Gaya Sederhana” mot. Dia terus menggoyang kontolnya maju-mundur. Kembali aku
akan mencapai puncak lagi, sedang dia masih terus dengan mantapnya maju-mundur
begitu kuat. “Pak, Sintia sudah mau keluar lagiiiiii……”, kukejangkan kedua
kakiku dan sekujur tubuhku. “Sin, aku juga mau keluar sekarang……”, dalam waktu
bersamaan kami saling menyemprotkan dan memuncratkan cairan kenikmatan kami
masing-masing.
“Enaaak, paak…….” “Puaas, Sin……….” Dia langsung ambruk di atas
tubuhku. “Hari ini adalah hari yang paling luar-biasa dalam hidup Sintia pak,
kayaknya Sintia gak bakalan lupa deh, makasi ya pak”.
“Kalo kamu mau lagi, call
aja, kita bikin janjian berdua aja, mau dimana terserah”, katanya sambil
mencium lembut bibirku. Kupakai pakeanku, kukecup lagi kedua pipi dan bibirnya,
segera aku lari menuju kamar mandi, membersihkan pejunya yang masih menetes
dari lubang memekku yang agak bonyok. Kukenakan cd, beha, rok mini, dan t shirtku
lagi. rambut kusisir rapi lalu aku keluar kamar. Nina gak kliatan, aku gak tau
dia dimana, ya udah aku balik aja kerumahku dengan penuh rasa nikmat. Kebayar
rasanya kenikmatan yang gak kudapet dari suamiku. Kapan2 pasti aku akan
mengulangi dengan si bapak, seperti tawarannya tadi.





0 Response to "Cerita Dosen Dan Mahasiswa Main Di Kamar"
Post a Comment