![]() |
Cerita Dewasa Pengganti Istriku |
Jujur saja kehidupanku setelah istriku meninggal
berubah semuanya harus aku lakukukan dengan sabar, dari membantu mengerjakan PR
anakku, mempersiapkan segala kebutuhannya, tentunya kegiatan tersebut bercampur
aduk dengan pekerjaanku yang mana aku bekerja di sebuah perusahaan jepang yang
berlokasi di Jakarta.
Kadang-kadang aku menjadi bingung sendiri karena
bagaimanapun masakanku tidak sesempurna istriku dan untunglah Jeyen, anakku satu-satunya
tidak pernah mengkritik hasil masakanku walaupun aku tahu bahwa semua hasil
masakanku tidak bisa dimakan karena kadang-kadang terlalu asin dan
kadang-kadang gosong. Suatu hari Jeyen memberitahuku bahwa aku mesti datang ke
sekolahnya karena gurunya ingin bertemu denganku.
Pada hari yang sudah ditentukan, aku pergi ke
sekolah anakku untuk bertemu Ibu Miya dan sewaktu aku bertemu dengannya, aku
menjadi cukup gugup dan untunglah perasaan itu dapat kukuasai karena
bagaimanapun aku pergi dengan anakku dan aku tidak ingin anakku membaca
kegugupanku itu.
Akhirnya aku dipersilakan duduk oleh ibu guru yang
ternyata belum menikah itu karena aku tidak melihat cincin kawin di jarinya dan
juga dia mengaku sendiri bahwa dia masih single ketika kupanggil dia dengan
sebutan Ibu Miya.
Didalam percakapan itu, dia menceritakan mengenai
pelajaran Jeyen yang agak tertinggal dengan murid-murid lainnya. Ternyata baru
ketahuan dari pengakuan Jeyen, bahwa walaupun dia rajin mengerjakan PR tetapi
dia tidak pernah mengulang pelajarannya karena waktunya dihabiskan untuk
bermain Play Station yang kubelikan untuknya sehari setelah kepergian istriku
supaya dia tidak menangis lagi.
Akhirnya diperoleh kesepakatan bahwa Ibu Miya akan
memberikan anakku les privat dan setelah kami sama -sama sepakat mengenai harga
perjamnya, kami bersalaman dan meninggalkan sekolah itu. Selama perjalanan ke
rumah, aku selalu teringat dengan wajah imut guru muda anakku itu.
Sore harinya setelah aku tidur sore, aku teringat
bahwa 1 jam mendatang guru anakku akan datang dan berarti aku juga harus
bersiap -siap untuk menyambutnya. Setelah guru Jeyen datang dan aku mengajaknya
ngobrol untuk beberapa saat, dia kemudian minta izin untuk memulai les privat
untuk anakku.
Aku hanya mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.
Aku mulai membaca koran Kompas hari itu dan aku sekali-kali mencuri pandang
pada guru anakku yang sedang mengajari Jeyen. Kulihat bahwa Ibu Miya ini cukup
pengertian dalam mengajari anakku yang kadang-kadang masih cukup bingung akan
materi yang dipelajarinya.
Dua jam berlalu sudah dan kusadari bahwa jam privat
les sudah usai dan ketika dia hendak pulang ke rumahnya, aku menawarkan
kepadanya untuk mengantarkannya berhubung hari sudah malam dan aku tahu persis
bahwa tidak ada lagi kendaraan umum pada jam-jam begitu di sekitar rumahku.
Akhirnya aku mengeluarkan mobil BMW kesayanganku dan
setelah aku bersiapsiap, aku menyuruh Jeyen untuk mengulang pelajaran yang tadi
sementara aku akan mengantarkan gurunya pulang. Jeyen menuruti ucapan ayahnya
dan tanpa basa basi, dia mulai membuka kembali bukunya dan mengulang materi
yang baru saja dipelajarinya.
Aku kemudian mulai menyuruh Ibu Miya untuk masuk dan
kemudian aku memulai mengendarai mobil itu setelah aku menutup pintu gerbang
tentunya karena aku tidak mempunyai pembantu rumah tangga saat itu.
Di tengah perjalanan, kami bercakap-cakap mengenai
segala hal dan mengenai perubahan yang dialami Jeyen setelah ibunya meninggal
dunia. Nampaknya Ibu Miya serius sekali mendengarkan curahan hatiku yang
kesepian setelah ditinggal oleh istriku.
Tiba-tiba ketika kami sedang asyik bercakap-cakap,
aku melihat sekilas seorang anak kecil yang sedang lari menyeberang sehingga
dengan secepat kilat, aku langsung mengerem secara mendadak dan disaat aku
mengerem mendadak itu, karena Ibu Miya lupa tidak memakai “Seatbelt”, dia
langsung jatuh kedalam pelukanku.
Dia nampaknya malu sekali setelah kejadian itu
tetapi setelah aku bilang tidak apa-apa, dia kembali seperti sediakala dan
sekarang kami nampaknya semakin akrab dan aku menjadi sangat kaget dikala dia
minta tolong untuk pergi ke motel terdekat karena dia ingin buang air dengan
alasan bahwa rumahnya masih sangat jauh.
Aku melihat ekspresi wajahnya seperti orang yang
menahan sesuatu sehingga akhirnya aku menyetujui untuk pergi ke motel terdekat
untuk menyelesaikan ‘ bisnis’nya.
Akhirnya kami berada di dalam sebuah motel murah
yang tidak jauh dari tempat aku mengerem mendadak tadi. Setelah berada di dalam
kamar, aku langsung duduk di tepi ranjang sementara Ibu Miya dengan kecepatan
yang luar biasa langsung pergi ke arah toilet yang berada di dalam kamar motel
itu.
Beberapa menit kemudian, aku dikagetkan oleh Ibu
Miya yang keluar dari dalam toilet dengan mendadak.
“Bu.. ada apa?” aku mendadak gugup bercampur
kepingin melihat tubuh Ibu Miya yang sangat indah itu. Tapi tiba-tiba Miya
menarikku dan langsung mencium bibirku. Sepertinya aku mau meledak! Ibu Miya
yang tingginya 172 cm, rambut panjang dan tubuhnya sempurna sekali, padat,
keras, sedikit berotot perut, pokoknya seksi sekali.
Miya menuntun tanganku ke dadanya. Disuruhnya aku
meremas-remas dadanya. Belakangan kuketahui ukuranya 34C. Kemudian dia sendiri
melepas bajunya dengan senyumnya yang menggoda sekali. Aku hanya diam terpaku
melihat caranya melepas pakaian dengan pelan -pelan dengan gaya yang
menggairahkan sambil menggoyang pinggulnya.
Kemudian terlihatlah semua bagian tubuhnya yang
biasanya tersembunyi. Dadanya yang montok kencang menggantung-gantung,bulu
kemaluan nya yang tipis rapi, tubuhnya yang putih mulus sangat menggairahkan.
Batang kejantananku juga sudah membesar mengeras lebih dari biasanya.
Lalu Miya kembali merapatkan tubuhnya ke arahku,
ditempelkannya mulutnya ke kupingku, menjilatinya dan berbisik kepadaku,
“Kamu akan merasakan seperti di surga.” Tapi aku masih
berusaha menghindar walaupun sebenarnya aku mau kalau tidak pemalu.
“Nanti kalau teman-teman datang bagaimana?”
“Tenang saja saya sudah bilang mau tidur sebentar di
sini dan jangan diganggu.” Gile sudah direncanaka!
Tanpa kusadari kemejaku sudah lepas (ke mana-mana aku biasa memakai kemeja lengan pendek) Miya menjilati perutku dan terus ke bawah.
Tanpa kusadari kemejaku sudah lepas (ke mana-mana aku biasa memakai kemeja lengan pendek) Miya menjilati perutku dan terus ke bawah.
Aku masih diam ketakutan. Sampai akhirnya dia
membuka celana dalamku. “Wah, ini akan hebat sekali. Begitu besar, keras. Belum
pernah aku melihat seperti ini di film porno.”
Miya mulai mengisap -isap batang kemaluanku
(baru-baru ini aku tahu namanya disepong karena almarhum istriku tidak pernah
melakukannya).
“Aaarghh.. argh..” aku baru sekali senikmat itu.
“Kamu mulai bergairah kan, Sayang?” Baru kali itu
dia memanggilku sayang.
Aku benar-benar bergairah sekarang. Kuangkat
tubuhnya ke kasur kujilati liang kewanitaannya yang sudah basah itu.
“Nnngghhh.. ngghhh.. aaahh… ahhh” Miya mulai
mengerang-ngerang. Tapi itu membuatku makin bergairah. Kuhisapi putting susunya
yang berwarna pink.
“Aahhh.. yeahh.. Tak kusangka kamu agresif sekali.”
Kumasukkan jariku ke liang senggamanya. Kusodok-sodok makin lama makin cepat.
Miya hanya bisa mengerang, mendesah-desah.
“Ricky, cepat masukkan.. ahhnggh.. cepat, Miya udah
nggak tahan.. ahhh.. Tapi pelan-pelan, Miya masih perawan.”
Waktu itu aku tidak memikirkan dia perawan atau
tidak. Aku hanya memasukkan batang kemaluanku dengan pelan -pelan, sempit
sekali.
Benar-benar masih perawan, kupikir. Liang
kewanitaannya begitu ketat menjepit batang kejantananku. Sampai akhirnya batang
kemaluanku yang panjangnya 20 cm dan diameternya 3,8 cm amblas semua.
“Aaakkhhh…” lagi -lagi teriakannya membuatku bersemangat sekali. Kusodok
sekuat-kuatnya, sekancang-kencangnya.
“Ngghhh.. Rickkk.. gede banget.. aanggghh.. indah
sekali rasanya.
”Kemudian kami mengganti posisi nungging. “Plok..
plok.. plok..” suara waktu aku sedang menggenjotnya dari belakang. Dadanya
berayun-ayun. Miya kadang meremasnya sendiri.
“Aahhh.. lagi.. lebih cepat.. Aaahhh.. Miya udah keluar..
Kamu keluarin di luar, ya!” Tidak lama kemudian akupun keluar juga.
Kusemprot maniku ke sekujur tubuh Miya yang lemas
tak berdaya. Dijilatinya lagi batang kenikmatanku sampai lama sekali
sampai-sampai keluar lagi. Dengan nafas masih memburu terengah-engah, Miya
memakai pakaiannya kembali.
“Kamu hebat sekali Rick. Miya puas sekali.
Sebenarnya aku sudah jatuh hati kepadamu pada pandangan pertama.” Kemudian
sebelum keluar kamar Miya kembali mencium bibirku. Kali ini aku tidak malu
lagi, kucium dia sambil kupegang payudaranya.
Setelah kenikmatan bersama itu, kami berpelukan
untuk beberapa menit dan kami berciuman lagi untuk beberapa lama. Sejujurnya
aku sudah jatuh hati kepada guru anakku sejak pertama kali bertemu dan sekarang
baru kusadari bahwa dia juga telah jatuh hati kepadaku.
Setelah itu aku kemudian berkata kepadanya, “Miya,
aku ingin kamu menjadi kekasihku yang bersedia mengajari Jeyen..” Belum selesai
aku menyelesaikan kata-kataku, Miya langsung menciumku dan aku membalasnya
dengan penuh kemesraan dan tentunya berbeda dengan perlakuan kami yang baru
saja terjadi.
Setelah kami berciuman untuk beberapa menit, Miya
langsung berkata kepadaku, “Ricky, aku juga ingin memiliki kekasih dan ternyata
aku sekarang menemukannya dan aku ingin menikah denganmu dan kita bisa
bersama-sama mendidik Jeyen.” Setelah kejadian itu, Miya sering pergi keluar
bersamaku dan Jeyen.
0 Response to "Cerita Dewasa Pengganti Istriku"
Post a Comment