![]() |
Cerita Dewasa Sedap Memek Tante |
Dia seorang janda ditinggal mati suaminya dan belum
punya anak. Orangnya cantik dan bodynya bagus. Aku melihat warungnya masih buka
tapi kok kelihatannya sudah sepi. Wah, jangan-jangan makanannya sudah habis,
aduh bisa mati kelaparan aku nanti.
Lalu aku langsung masuk ke dalam warungnya.
“Tante..?” “Eee.. Dik Sony, mau makan ya?”
“Eee.. ayam gorengnya masih ada, Tante?” “Aduhh..
udah habis tuch, ini tinggal kepalanya doang.”
“Waduhh.. bisa makan nasi tok nich..” kataku
memelas.
“Terserah Tante aja dech..”
“Tunggu sebentar ya, biar Tante tutup dulu
warungnya?
“Mari saya bantu Tante.” Lalu setelah menutup warung
itu, saya ikut dengannya pergi ke rumahnya yang tidak jauh dari warung itu.
Sesampai di rumahnya.
“Ya Tante..” jawabku. Lalu Tante Evi masuk ke
kamarnya, terus beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar dengan hanya
mengenakan kaos dan celana pendek warna putih. Wow keren, bodynya yang sexy
terpampang di mataku, puting susunya yang menyembul dari balik kaosnya itu,
betapa besar dan menantang susunya itu.
Kakinya yang panjang dan jenjang, putih dan mulus
serta ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia menuju ke dapur, lalu aku meneruskan
nonton TV-nya. Setelah beberapa saat.
“Dik.. Dik Sony.. coba kemari sebentar?”
“Ya Tante.. sebentar..” kataku sambil berlari menuju
dapur. Setelah sampai di pintu dapur.
“Ada apa Tante?” tanyaku.
“E.. Tante cuman mau tanya, Dik Sony suka bagian
mana.. dada, sayap atau paha?” “Eee.. bagian paha aja, Tante.” kataku sambil
memandang tubuh Tante Evi yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Tubuhnya
begitu indah.
“Dik Sony suka paha ya.. eehhmm..” katanya sambil
menggoreng ayam.
“Ya Tante, soalnya bagian paha sangat enak dan
gurih.” kataku.
“Aduhh Dik.. tolong Dik.. paha Tante gatel.. aduhh..
mungkin ada semut nakal.. aduhh..” Aku kaget sekaligus bingung, kuperiksa paha
Tante. Tidak ada apa-apa.
“Nggak ada semutnya kok Tante..” kataku sambil
memandang paha putih mulus plus bulu-bulu halus yang membuat penisku naik 10%.
“Masak sih, coba kamu gosok-gosok pakai tangan biar
gatelnya hilang.” pintanya. “Baik Tante..” lalu kugosok-gosok pahanya dengan
tanganku. Wow, begitu halus, selembut kain sutera dari China. “Bagaimana Tante,
sudah hilang gatelnya?”
“Lumayan Dik, aduh terima kasih ya. Dik Sony pintar
dech..” katanya membuatku jadi tersanjung.
“Sama-sama Tante..” kataku. “Oke, ayamnya sudah
siap.. sekarang Dik Sony makan dulu. Sementara Tante mau mandi dulu ya.”
katanya.
“Baik Tante, terima kasih?” kataku sambil memakan
ayam goreng yang lezat itu. Disaat makan, terlintas di pikiranku tubuh Tante
Evi yang telanjang. Oh, betapa bahagianya mandi berdua dengannya. Aku tidak
bisa konsentrasi dengan makanku.
Pikiran kotor itu menyergap lagi, dan tak kuasa aku
menolaknya. Tante Evi tidak menyadari kalau mataku terus mengikuti langkahnya
menuju kamar mandi. Ketika pintu kamar mandi telah tertutup, aku membayangkan
bagaimana tangan Tante Evi mengusap lembut seluruh tubuhnya dengan sabun yang
wangi,
Mulai dari wajahnya yang cantik, lalu pipinya yang
mulus, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, susunya yang montok, perut
dan pusarnya, terus vaginanya, bokongnya yang montok, pahanya yang putih dan
mulus itu.
Aku lalu langsung saja mengambil sebuah kursi agar
bisa mengintip lewat kaca di atas pintu itu. Di situ tampak jelas sekali. Tante
Evi tampak mulai mengangkat ujung kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya.
Tubuhnya tinggal terbalut celana pendek dan BH, itu
pun tak berlangsung lama, karena segera dia melucutinya. Dia melepaskan celana
pendek yang dikenakannya, dan dia tidak memakai CD. Kemudian dia melepaskan
BH-nya dan meloncatlah susunya yang besar itu.
Lalu, dengan diguyur air dia mengolesi seluruh
tubuhnya dengan sabun LUX, lalu tangannya meremas kedua susunya dan
berputar-putar di ujungnya. Kejantananku seakan turut merasakan pijitannya jadi
membesar sekitar 50%.
Dengan posisi berdiri sambil bersandar tembok, Tante
Evi meneruskan gosokannya di daerah selangkangan, sementara matanya tertutup
rapat, mulutnya menyungging.
Beberapa saat kemudian.. “Ayo, Dik Sony.. masuk saja
tak perlu mengintip begitu, kan nggak baik, pintunya nggak dikunci kok!”
tiba-tiba terdengar suara dari Tante Evi dari dalam. Seruan itu hampir saja
membuatku pingsan dan amat sangat mengejutkan.
“Maaf yah Tante. Sony tidak sengaja lho,” sambil
pelan-pelan membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci. Tetapi
setelah pintu terbuka, aku seperti patung menyaksikan pemandangan yang tidak
pernah terbayangkan.
Tante Evi tersenyum manis sekali dan.. “Ayo sini
dong temani Tante mandi ya, jangan seperti patung gicu?” “Baik Tante..” kataku
sambil menutup pintu.
“Dik Sony.. burungnya bangun ya?”
“Iya Tante.. ah jadi malu saya.. abis Sony liat
Tante telanjang gini mana harum lagi, jadi nafsu saya, Tante..”
“Ah nggak pa-pa kok Dik Sony, itu wajar..”
“Dik Sony pernah ngesex belum?”
“Eee.. belum Tante..” “Jadi, Dik Sony masih perjaka
ya, wow ngetop dong..” “Akhh.. Tante jadi malu, Sony.” Waktu itu bentuk
celanaku sudah berubah 70%, agak kembung, rupanya Tante Evi juga memperhatikan.
“Dik Sony, burungnya masih bangun ya?” Aku cuman
mengangguk saja, dan diluar dugaanku tiba-tiba Tante Evi mendekat dengan tubuh
telanjangnya meraba penisku.
“Wow besar juga burungmu, Dik Sony..” sambil terus
diraba turun naik, aku mulai merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan.
“Dik Sony.. boleh dong Tante liat burungnya?” belum
sempat aku menjawab, Tante Evi sudah menarik ke bawah celana pendekku, praktis
tinggal CD-ku yang tertinggal plus kaos T-shirtku.
“Oh.. besar sekali dan sampe keluar gini, Dik Sony.”
kata Tante sambil mengocok penisku, nikmat sekali dikocok Tante Evi dengan
tangannya yang halus mulus dan putih itu.
Aku tanpa sadar terus mendesah nikmat, tanpa aku
tahu, penisku ternyata sudah digosok-gosokan diantara buah dadanya yang montok
dan besar itu. “Ough.. Tante.. nikmat Tante.. ough..” desahku sambil bersandar
di dinding.
Setelah itu, Tante Evi memasukkan penisku ke
bibirnya, dengan buasnya dia mengeluar-masukkan penisku di mulutnya sambil
sekali-kali menyedot, kadang-kadang juga dia menjilat dan menyedot habis 2
telur kembarku.
Aku kaget, tiba-tiba Tante Evi menghentikan
kegiatannya. Dia pegangi penisku sambil berjalan ke arah bak mandi, lalu Tante
Evi nungging membelakangiku, sebongkah pantat terpampang jelas di depanku.
“Dik Sony.. berbuatlah sesukamu.. kerjain Tante
ya?!” Aku melihat pemandangan yang begitu indah, vagina dengan bulu halus yang
tidak terlalu lebat. Lalu langsung saja kusosor vaginanya yang harum dan ada
lendir asin yang begitu banyak keluar dari vaginanya.
Kulahap dengan rakus vagina Tante Evi, aku mainkan
lidahku di klitorisnya, sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vaginanya.
“Ough Sonn.. ough..” desah Tante Evi sambil
meremas-remas susunya.
“Terus Son.. Sonn..” aku semakin keranjingan,
terlebih lagi waktu kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya ada rasa hangat dan
denyut-denyut kecil semakin membuatku gila.
Kemudian Tante Evi tidur terlentang di lantai dengan
kedua paha ditekuk ke atas. “Ayo Dik Sony.. Tante udah nggak tahan.. mana
burungmu Son?”
“Tante udah nggak tahan ya?” kataku sambil melihat
pemandangan demikian menantang, vaginanya dengan sedikit rambut lembut,
dibasahi cairan harum asin demikian terlihat mengkilat, aku langsung
menancapkan penisku di bibir vaginanya.
“Aoghh..” teriak Tante Evi.
“Kenapa Tante..?” tanyaku kaget. “Nggak.. Nggak
apa-apa kok Son.. teruskan.. teruskan..”
Aku masukkan kepala penisku di vaginanya. “Sempit
sekali Tante.. sempit sekali Tante?”
”Nggak pa-pa Son.. terus aja.. soalnya udah lama
sich Tante nggak ginian.. ntar juga enak kok..”
Yah, aku paksa sedikit demi sedikit, baru setengah
dari penisku amblas. Tante Evi sudah seperti cacing kepanasan menggelepar
kesana kemari.
“Ough.. Son.. ouh.. Son.. enak Son.. terus Son..
oughh..” desah Tante Evi, begitu juga aku walaupun penisku masuk ke vaginanya
cuman setengah tapi kempotannya sungguh luar biasa, nikmat sekali. Semakin lama
gerakanku semakin cepat, kali ini penisku sudah amblas dimakan vagina Tante
Evi. Keringat mulai membasahi badanku dan badan Tante Evi.
Tiba-tiba Tante Evi terduduk sambil memelukku dan
mencakarku. “Oughh Son.. ough.. luar biasa.. oughh.. Sonn..” katanya sambil
merem melek.
“Kayaknya aku mau orgasme.. ough..” penisku tetap
menancap di vagina Tante Evi.
“Dik Sony udah mau keluar ya?” Aku menggeleng,
kemudian Tante Evi terlentang kembali. Aku seperti kesetanan menggerakkan
badanku maju mundur, aku melirik susunya yang bergelantungan karena gerakanku,
aku menunduk, kucium putingnya yang coklat kemerahan.
Tante Evi semakin mendesah, “Ough.. Sonn..”
tiba-tiba Tante Evi memelukku sedikit agak mencakar punggungku.
“Tante.. aku keluarin di mana Tante..? Di dalam
boleh nggak..?” “Terseraahh.. Soonn..” desah Tante Evi. Kupercepat gerakanku,
burungku berdenyut keras, ada sesuatu yang akan dimuntahkan oleh penisku.
Akhirnya semua terasa enteng, badanku serasa
terbang, ada kenikmatan yang sangat luar biasa. Akhirnya kumuntahkan laharku
dalam vagina Tante Evi, masih kugerakkan badanku dan rupanya Tante Evi orgasme
kembali lalu dia gigit dadaku,
“Oughh..” “Dik Sony.. Sonn.. kamu memang hebat..”
Aku kembali mangenakann CD-ku serta celana pendekku. Sementara Tante Evi masih
tetap telanjang, terlentang di lantai.
“Dik Sony.. kalo mau beli makan malam lagi yah..
jam-jam sekian aja ya..” kata Tante Evi menggodaku sambil memainkan puting dan
klitorisnya yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Dik Sony sering makan di rumah Tante
ya..” kata Tante Evi sambil tersenyum genit. Kemudian aku pulang, aku jadi
tertawa sendiri karena kejadian tadi.
Ya gimana tidak ketawa cuma gara-gara “Ayam Goreng”
aku bisa menikmati indahnya bercinta dengan Tante Evi. Dunia ini memang indah.
0 Response to "Cerita Dewasa Sedap Memek Tante"
Post a Comment