![]() |
| Cerita Dewasa Meminta Janji Jatah |
Singkat cerita, aku tergoda oleh salah satu anak
tetangga orangtuaku, sebut saja Dewi (nama sengaja kusamarkan). Padahal aku
sudah menjalin asmara dengan gadis yang juga tetanggaku. Kami bahkan sudah
bertunangan.
Dewi
adalah seorang mahasiswi Tarqi. Ia mempunyai body yang sangat menggoda,
walaupun agak sedikit gemuk, tetapi ia mempunyai bibir yang sexy dan mempunyai
payudara berukuran 36B. Sebagai gambaran, body-nya mirip dengan artis Feby
Febiola, dan bibirnya seperti Cornelia Agatha. Tingkah lakunya selalu
menggodaku.
Sebagai
laki-laki normal, kadang aku berpikiran agak kotor. Hingga suatu kesempatan, ia
meminta bantuanku untuk dicarikan HP dengan harga miring. Tentu saja kesempatan
itu tidak kusia-siakan (dalam hatiku aku akan membelikannya HP tersebut dengan
cuma-cuma).
Aku
menyanggupinya, tetapi aku memberikan syarat agar ia mau kuajak pergi makan dan
nonton berdua tanpa sepengetahuan pacarku dan teman-temanku. Dasar Dewi memang
centil, persaratanku ia setujui karena ia pikir sangat mudah sekali untuk
menjalaninya.
Akhirnya
aku membelikannya HP yang ia inginkan, dan aku pun menagih janjinya. Kemudian
pada hari minggu siang, aku dan Dewi pergi berdua untuk makan siang dan nonton.
Ketika kami sedang nonton, kesempatan tersebut tidak kusia-siakan untuk sekadar
mencium dan meraba-raba tubuhnya.
Tidak
kusangka ia malah bilang kepadaku sebenarnya ia juga menyukaiku. Ketika aku
dengan hot-hotnya menciumi dan menggerayangi tubuhnya, ia berbisik kepadaku
bahwa ia sudah horny, dan mengajakku keluar dari bioskop untuk pergi ke pantai.
Ketika di tengah perjalanan, aku
memberanikan diri untuk mengajaknya ‘chek in’
di hotel yang terdekat, ternyata ia menyetujuinya.
Aku
tiba di hotel yang dituju sekitar puku 3 sore. Setelah aku membayar kamar hotel
tersebut, aku dan Dewi dengan langkah yang terburu-buru menuju ke kamar hotel.
Sesampainya di kamar hotel dan mengunci pintu, aku langsung melancarkan
ciumanku, dan Dewi membalasnya dengan sangat antusias.
Kemudian
masih dalam keadaan berdiri kubuka pakain serta celana panjangnya hingga ia
hanya memakai BH dan CD yang berwarna hitam. Kemudian ia juga memintaku untuk
membuka baju dan celana panjangku.
Kini
kami dalam keadaan hanya memakai pakaian dalam saja. Kemudian ia kubimbing ke
atas ranjang yang berukuran double size. Aku mulai melumat bibirnya yang sexy
dan menciumi serta menjilat seluruh tubuhnya. Kemudian ketika aku mencium
CD-nya, di bagian kemaluannya yang sudah basah, ia menggelinjang dan sesekali
merintih-rintih keenakan.
Setelah
aku puas menciumi seluruh tubuhnya, kemudian kubuka BH dan CD-nya. Aku pun
membuka CD-ku, kini kami berdua sudah benar-benar bugil.
Aku
sampai menahan nafas ketika kulihat payudaranya yang besar dan montok. Dengan
sangat bernafsu kulumat puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan.
Karena sebenarnya Dewi masih berusia 20 tahun, sehingga terlihat body-nya yang
serba kencang. Aku juga meraba dan mengusap bulu-bulu di kemaluannya yang
sangat lebat. Aku semakin bernafsu mencium dan menjilat seluruh tubuhnya yang
mulus.
Kemudian
aku memasukkan dua jari tanganku ke dalam vaginanya yang sudah basah, sedangkan
lidahku sibuk menjilati puting susunya yang berwarna coklat kemerah-merahan.
Dewi semakin merintih-rintih dan menggelinjang serta nafasnya mulai berat.
Kemudian
kubuka kedua pahanya lebar-lebar agar aku dapat dengan leluasa memainkan
lidahku ke dalam vaginanya. Aku menjilati dan memainkan klitorisnya dengan
penuh gairah. Setelah kupuas, giliran Dewi memainkan rudalku yang sudah tegang
dengan lidahnya. Ia jilati kemaluanku yang berukuran lumayan panjang dan besar
(kira-kira 20 cm dengan diameter 3,5 inchi).
Ia
menjilat dan mengulum rudalku dengan penuh kenikmatan. Aku tidak menyangka
kalau kemaluanku akan dibersihkan oleh gadis impianku. Setelah ia puas,
kemudian Dewi mengambil posisi telentang dengan kedua paha dibuka lebar-lebar,
ia memintaku untuk segera memasukkan rudalku ke dalam vaginanya.
Aku
mengambil ancang-ancang untuk memasukkan batang kemaluanku ke dalam vaginanya
yang sudah basah. Kupikir pasti aku tidak akan kesulitan untuk memasukannya,
ternyata beberapa kali aku mencoba selalu saja meleset, dengan tidak sabar Dewi
menarik rudalku dan mengarahkan ke arah lubang kewanitaannya.
Ternyata
Dewi masih perawan, tetapi dengan kegigihanku akhirnya aku berhasil memasukkan
ujung rudalku ke dalam vaginanya. Ketika kutekan dengan sedikit paksaan, Dewi
menjerit kesakitan, kemudian aku menghentikan sejenak seranganku sampai kulihat
ia sudah siap kembali, dan perlahan-lahan kumasukkan batang rudalku. Dewi kembali
merintih menahan sakit.
Aku
bertanya, “Dewi, kamu mau diterusin atau nggak..?”
Ia
menjawab, “Terusin dong sayang, tapi pelan-pelan ya..!”
Akhirnya
dengan perjuangan yang cukup melelahkan, aku berhasil memasukkan setengah
batang kemaluanku, dan aku mendiamkan sejenak aktifitasku. Aku merasakan dari
vagina Dewi keluar darah segar pertanda keperawanannya sudah hilang.
Dinding
vaginya yang lembut dan hangat memijat-mijat batang kemaluanku. Aku tidak
terlalu memaksa untuk membenamkan seluruh rudalku ke dalam vaginanya. Mungkin
ukuran rudalku yang lumayan panjang, sehingga membuat sakit vagina Dewi yang
baru pertama kali melakukan seks.
Kemudian
aku mulai menaik-turunkan pantatku secara perlahan dan beraturan. Dan secara
perlahan-lahan aku membenamkan rudalku sedalam-dalamnya, hingga akhirnya
seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam vagina Dewi. Dewi sudah mulai
terbiasa dengan rudalku, malah ia mulai memutar pinggulnya, sehingga semakin
menambah kenikmatan pergumulan kami saja.
Aku
semakin bersemangat untuk memainkan rudalku dengan cepat. Permainanku diimbangi
Dewi dengan menjepit pantatku dengan kedua kakinya. Aku merasakan rudalku
semakin mentok saja mengenai ujung rahimnya.
Kami
berganti posisi dengan cara sambil duduk. Dewi semakin terlena, karena posisi
tersebut membuat rudalku semakin bergesekan dengan klitorisnya, sehingga hal
itu membuat Dewi semakin terbakar birahinya.
Kami
sempat beristirahat sejenak, karena posisi tersebut banyak menguras tenaga
kami. Sambil istirahat aku meremas-remas dan menjilati serta menghisap puting
susuya secara bergantian. Setelah tenaga kami terkumpul, kami melanjutkan
kembali dengan lebih menggebu-gebu.
Setelah
kira-kira 25 menit kami bergumul hebat, aku mulai merasakan spermaku akan
keluar, begitupun dengan Dewi, ia mulai mendekati orgasmenya. Aku merasakan
dinding vaginanya yang berdenyut kencang dan semakin banjir.
Aku
berkata setengah berbisik, “Dewi, aku sudah mau keluar nih, kita keluarinnya
sama-sama ya..?”
Dewi
menjawab dengan terputus-putus, “Ia.. sa.. yaa.. ngg.. sshh.. cepetan dong
keluarinnya aku.. sebentar lagi selesai nih..!”
Dengan
nafas yang tidak beraturan, aku menjawab, “Tahan sebentar ya sayang.., aku juga
sudah mau keluar..”
Tidak
lama kemudian aku memuntahkan spermaku ke dalam rahimnya, dan aku pun merasakan
cairan hangat dari dalam vagina yang mengenai rudalku.
“Ooohh..
shh..” hampir bersamaan kami melenguh mengakhiri perjalan yang melelahkan dan
penuh kenikmatan.
“Sayang..,
vaginaku hangat banget sama spermamu..” Dewi memberikan komentar puas dengan
keperkasaanku.
Kemudian
kami beristirahat sejenak sambil memberikan pujian kepuasan masing-masing.
Tetapi tanganku dan Dewi masih meraba-raba dan mengusap kemaluan kami satu sama
lain, sehingga birahi kami kembali timbul.
Kali
ini Dewi yang mendahului dengan menjilat dan melumat hampir seluruh rudalku ke
dalam mulutnya. Bukan hanya itu saja, ia juga dengan sangat agresif menciumi
seluruh tubuhku.
Aku
mendorong tubuhnya ke samping hingga ia telentang. Kini giliranku untuk
menciumi seluruh tubuhnya. Payudara Dewi yang sudah mengeras dan puting susu
menjulang tinggi, membuatku semakin bernafsu untuk meremas,
Menjilati
serta menghisap-hisap puting susunya hingga puting susu Dewi semakin terlihat
basah dan mengkilap. Jari-jari tanganku dengan nakal memainkan klitoris dan
menyodok-nyodok ke dalam vaginanya yang sudah banjir.
Dewi
semakin kelojotan dan mulai memohon-mohon kepadaku untuk segera memasukkan
rudalku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku merubah posisi dengan tidur
telentang, sementara Dewi berjongkok sambil mengangkang untuk mengambil posisi
memasukkan zakarku ke vaginanya.
Dengan
tidak sabar Dewi meraih batang kemaluanku dan dituntun ke arah vaginanya.
Ketika rudalku mulai memasuki vagina Dewi yang pinggirannya ditumbuhi bulu-bulu
lebat, aku merasakan dinding vaginanya yang sudah banjir menghangatkan dan
memijat-mijat batang zakarku.
Dewi
mulai menggerakkan pinggulnya yang montok ke atas ke bawah, dan memutarnya ke
kiri dan ke kanan. Sedangkan tanganku mulai meremas-remas sepasang payudara
yang besar dan kencang. Dewi dengan sangat bernafsu menekan pantatnya
kuat-kuat, sehingga rudalku seluruhnya amblas ditelan vaginanya.
Kali
ini Dewi yang memegang peranan, aku menurutinya saja, karena kulihat dengan
posisinya yang di atas ia sangat bergairah sekali. Aku mengangkat badanku untuk
melumat puting susunya. Perbuatanku semakin membuat Dewi mabuk kepayang.
Ia
memeluk kepalaku ke arah payudaranya. Pantatnya semakin cepat ditarik dan diputar-putar.
Hingga akhirnya ia mencapai orgasme yang kedua kalinya.
Aku
yang belum mencapai klimaks membuat keputusan berganti posisi dengan dogie
style. Dewi mengambil posisi menungging, kemudian kuarahkan rudalku ke
vaginanya lewat belakang. Aku sangat bernafsu sekali melihat pantatnya yang
lebar dan sexy.
Tangan
kananku memegang dan menepuk-nepuk pantatnya, sedangkan tangan kiriku
meremas-remas payudaranya. Gerakan tersebut kulakukan secara bergantian.
Ternyata posisi tersebut membuat Dewi bangkit kembali gairahnya, karena
klitorisnya terkena gesekan rudalku.
Kali
ini Dewi mulai memberikan perlawanan. Ia menggoyang-goyangkan pantatnya maju
mundur berlawanan dengan arah goyangan pantatku. Ketika Aku mendorong pantatku
ia menyodorkan pantatnya ke belakang, dan ketika Aku menarik pantatku ke
belakang ia menarik pantatnya kedepan.
Irama
nafas kami semakin cepat, kami melakukan goyangan dengan cepat, sehingga setiap
kali kucabut dan menyodok vaginya dengan rudalku timbul bunyi akibat vagina
Dewi yang banjir oleh lendir birahi. Aku mulai merasakan spermaku akan segera
keluar.
Ternyata
Dewi juga sudah merasakan ia akan mengalami orgasme yang ketiga kalinya. Tidak
lama kemudian rudalku memuntahkan sperma secara berturut-turut di dalam
vaginanya.
Aku
pun merasakan gerakan Dewi yang bergoyang-goyang pelan dan tegang, sedangkan
punggungnya telihat melengkung seperti udang karena ia juga telah orgasme.
Aku
mencabut batang kemaluanku dari vaginanya setelah Aku tidak merasakan muncratan
spermaku. Aku telentang lelah, sedangkan Dewi menjilati sisa-sisa spermaku yang
masih keluar dari zakarku. Ia menghentikan aktifitasnya setelah spermaku tidak
keluar lagi.
Kami
berpelukan erat sambil menghayati kenikmatan yang barusan kami lakukan. Kami
melakukan bukan hanya sekali saja, tetapi entah sampai berapa kali. Permainan
kami semakin lama bertambah hot saja, karena ternyata Dewi mulai terbiasa dan
ketagihan dengan keperkasaan rudalku.
Kami
memutuskan pulang setelah merasa sudah sama-sama lemas dan puas. Andai saja
kami melakukannya pada malam minggu, mungkin kami akan terus melakukannya
sampai pagi.
Setelah
kejadian pada malam itu, hingga kini kami jadi sering melakukannya sampai pagi.
Aku melakukan hubungan seks dengan Dewi dengan system kalender, hal itu kami
lakukan untuk menghindari kehamilan.
Aku
semakin ketagihan, karena tunanganku adalah tipe gadis pendiam dan alim, dan
aku tidak pernah mendapatkan pelayanan darinya. Kemanapun aku pergi, termasuk
chek-in, aku selalu membawa laptop.
Komputer
tersebut kupergunakan untuk memantau perkembangan usahaku, selain itu juga
digunakan untuk mengetik ceritaku dan memutar film blue sebagai pembakar hasrat
birahi kami.
Tentu
saja perbuatanku yang sedang menceritakan seks kami tidak diketahui oleh Dewi,
karena ia masih tertidur untuk istirahat sejenak.





0 Response to "Cerita Dewasa Meminta Janji Jatah"
Post a Comment