![]() |
Cerita Dewasa – Semakin Memanas |
Cerita Dewasa Terbaru : Cerita Hot | Cerita Dewasa | Cerita Ngewe | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Redtube | Youjizz | Brazzers, Cerita Dewasa – Semakin Memanas. Cerita ngentot ini dimulai sat kegiatan belajar bersama dengan cewek ABG, saat berkumpul bersama Tika aku mencoba membuat dia nafsu saat itu dia duduk disampingnya Rina, aku rangkul aku cium dan aku raba dadanya Rina , saat itu Rina sedang tidak memakai BH, kemudian Rina menyurungku samapai tersungkur ke lantai.
Perbuatan
kami semakin memanas. Karena Rina sudah telanjang dada. Lalu Rina menurunkan
celana pendeknya. Dia langsung bugil karena tidak memakai celana dalam. Aku pun
tidak tinggal diam, kulepas semua pakaianku. Kugeluti dia. Lalu kami mengambil
posisi 69. Rina di atas. Kami saling menghisap.
“Aaahhh..,
Mmasss.., sshshshs… Masss.. enaaakkk Mass.., ooohh..!” desah Rina
dibeTik-beTikkan.
“Ohhh..
Riiinnn… hisap yang kuaattt Riinnnn..!” desahku juga.
Kulihat
Tika sudah tidak menutupi wajahnya lagi.
Kira-kira lima menit saling menghisap, Rina berdiri memegang batang kemaluanku dan mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah tidak perawan lagi. Menurunkan pantatnya dengan perlahan.
Kira-kira lima menit saling menghisap, Rina berdiri memegang batang kemaluanku dan mengarahkan ke liang senggamanya yang sudah tidak perawan lagi. Menurunkan pantatnya dengan perlahan.
“Bless..!”
langsung masuk seluruhnya.
“Aaahhhh…
Maasss.., aaahhh.., ssshhh.., aaahhh..!” desahnya.
Lalu
dengan perlahan dinaik-turunkan pantatnya. Pertama-tama perlahan. Makin lama
semakin cepat.
“Aahh..
ooohhh.., sh.. sh.. ooohhh… Iiihhh..!” erangnya. Kulirik Tika, dia memandangi
ekspresi Rina.
Sepertinya dia sudah terangsang berat. Karena wajahnya merah padam, nafasnya memburu. Tangannya memegang dadanya. Gerakan Rina semakin tidak terkendali. Pantatnya berputar-putar sambil naik turun. Kira-kira 10 menit, aku rasakan liang kewanitaan Rina sudah berkedut-kedut.
Dia
mau sampai klimakasnya. Dan akhirnya pantatnya menghujam batang keperkasaanku
dalam sekali.
“Aaahhh..
Masss… Akuuu… sammmpppeee.. Maasss..!”
“Syuuurr…
syurrr..” kehangatan menyelimuti kepala senjataku.
Dia langsung terguling ke sebelahku. Senjataku tercabut dari liang kenikmatannya dan berhamburanlah cairan dari liang senggamanya ke karpet. Aku memang tidak begitu menghayati permainan ini, karena pikiranku selalu ke Tika.
Dia langsung terguling ke sebelahku. Senjataku tercabut dari liang kenikmatannya dan berhamburanlah cairan dari liang senggamanya ke karpet. Aku memang tidak begitu menghayati permainan ini, karena pikiranku selalu ke Tika.
Jadi
pertahananku masih kuat. Aku bangkit dengan telanjang bulat. Kuhampiri Tika.
Tika kaget karena aku menghampirinya masih dengan bertelanjang bulat. Langsung
kupeluk dia. Kuciumi seluruh wajahnya.
Tidak
ada penolakan darinya, tetapi juga tidak ada reaksi apa-apa. Benar-benar masih
polos. Lama-lama tangannya mulai memelukku. Dia mulai menikmatinya. Membalas
ciumanku, walau lidahnya belum bereaksi. Kuusahan semesra mungkin aku
mencumbunya. Dan akhirnya mulutnya membuka sedikit berbarengan dengan
desahannya.
“Aaahhh..
Maasss..!” nafasnya mulai memburu.
Kumasukkan
lidahku ke mulutnya. Kubelit lidahnya perlahan-lahan. Dia pun membalasnya.
Tanganku mulai meraba dadanya. Terasa putingnya sudah mengeras di bukit
kembarnya yang kecil. Kuremas-remas keduanya bergantian.
“Maaasss..
oooohhhh.. Mmmasss.. shshhshshs…” desahnya.
Kulepas ciumanku. Kupandangi wajahnya sambil tanganku mengangkat kaosnya. Dia
diam saja. Lepas sudah kaosnya, sekarang tinggal BH mininya. Kulepaskan juga
pengaitnya. Dia masih diam saja. Akhirnya terpampanglah bukit kembarnya yang
kecil lucu.
Seperti
biasa, untuk menaklukan seorang perawan, tidak bisa terburu-buru. Harus sabar
dan dengan kata-kata yang tepat. “Bukan maaiinnn. Susumu bagus sekali Tik..!”
kataku sambil memandangi bukit kembarnya.
Warnanya
tidak seputih Rina, agak coklat seperti warna kulitnya. Aku elus perlahan-lahan
sekali. Kusentuh-sentuh putingnya yang sudah menonjol. Setiap kusentuh
putingnya, dia menggelinjang. Kutidurkan dia ke karpet. Lalu kuciumi dada
kanannya, yang kiri kuremas-remas. “Aaahhh.., ssshhh.., Maaasss..,
aaaddduuuhhh… aaa..!”
Bergantian
kiri kanan. Kadang ciumanku turun ke arah perutnya, lalu naik lagi. Tangan
kananku sudah mengelus-ngelus pahanya. Dia masih memakai celana panjang katun.
Kadang-kadang
kuelus-elus selangkangannya. Dia mulai membuka pahanya. Sementara itu Rina
sudah pergi ke kamar mandi. Karena kudengar suara guyuran air.
Setelah aku yakin dia sudah di puncak nafsunya, kupandangi wajahnya lagi. Wajahnya sudah memerahkarena nafsunya. Ini saatnya. Lalu tanganku mulai membuka pengait celananya, retsletingnya, dan menurunkan celana panjangnya sekalian dengan celana dalamnya.
Tidak
ada penolakan. Bahkan dia membantunya dengan mengangkat pantatnya. Dia
memandangiku sayu. Bukit kemaluannya kecil tidak berbulu. Hampir sama dengan
kepunyaan Titin dulu. Mungkin karena sama-sama orang Sunda.
Kupandangi
bibir kemaluannya. Dia menutupinya dengan kedua tangannya. Kutarik tangannya
perlahan sambil kudekatkan wajahku. Mulanya tangannya menutup agak keras,
tetapi lama-lama mulai melemah. Kucium bibir kewanitaannya.
Aaahhh..,
segar sekali harumnya. Kuulangi beberapa kali. Setiap kucium, pantatnya
dinaikkan ke atas sambil mendesah. “Aaahhh… Masss.., mmm.. sshshshs…” Batang
kejantananku yang tadi sudah agak lemas, mulai mengeras lagi.
Lalu kubuka bibir kewanitaannya dengan jariku. Sudah basah. Kutelusuri seluruh liangnya dengan jariku, lalu lidahku. Dia semakin menggelinjang. Lidahku menari-nari mencari kedele-nya. Setelah dapat, kujilat-jilat dengan cepat sambil agak kutekan-tekan.
Reaksinya,
gelinjangnya makin hebat, pantatnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. “Adduuuhhh…
Maasss… aaahhh.. ssshhh.. aaahhh..!” Kuangkat kedua kakinya, kutumpangkan ke
pundakku, sehingga liang kewanitaannya semakin membuka. Kupandangi belahan
kewanitaannya.
Betapa
indah liangnya. Hangat dan berkedut-kedut. “Saarr.., memekmu bagus betul..
Wangi lagi…” Kembali kuhisap-hisap. Dia semakin keras mendesah.
Kira-kira
5 menit kemudian, pahanya menjepit leherku keras sekali. Lubang keperawanannya
berdenyut-denyut cepat sekali. Dan, “Syurrr… syurrr…” menyemburlah cairan
kenikmatannya.
Kuhirup
semuanya. Manis, asin, gurih menjadi satu. Aaasshhh… segarnya. Kakinya sudah
melemas.Kuturunkan kakinya, kukangkangkan pahanya. Kuarahkan batang
keperkasaanku ke liangnya sambil kupandangi wajahnya. “Boleh Tikr..?” tanyaku
memohon persetujuannya. Matanya memandangku sayu, tidak bertenaga. Dia hanya
mengangguk.
“Pelan-pelan
yaa Mass..!”
Kuoles-oleskan
kepala kemaluanku dengan cairan pelumas yang keluar dari liang senggamanya.
Lalu kugesek-gesekkan kepala kejantananku ke bibir kenikmatannya. Kuputar-putar
sambil menekan perlahan.
“Aaahhh.. Maasss… Ooohhh..!” dia mendesah.
Lalu
kutekan dengan amat perlahan. Kepalanya mulai masuk. Kuperhatikan kemaluannya
menggembung karena menelan kepala keperkasaanku. Ketekan sedikit lagi. Kulihat
dia menggigit bibir bawahnya. Kuangkat pantatku sedikit dengan amat perlahan.
Lalu kudorong lagi. Begitu berulang-ulang sampai dia tidak meringis.
“Ayooo…
Masss.. aaahhh.. ooohhh.., ssshhhshshhh..!”
Lalu
kudorong lagi. Masuk sepertiganya. Dia meringis lagi. Kutahan sebentar, kutarik
perlahan, lalu kudorong lagi. Terasa kepala batang kejantananku mengenai
selaput tipis. Nah ini dia selaputnya.
“Kok
enggak dalam..? Belum masuk setengahnya udah kena..!” batinku dalam hati.
“Tik..,
tahan sedikit yaa..!”
Lalu
kucium bibirnya. Kami berciuman, saling mengulum. Dan dengan tiba-tiba kutekan
batang keperkasaanku dengan keras.
“Pret..!”
kemaluanku menabrak sesuatu yang langsung sobek.
Dia
mau menjerit, tetapi karena mulutnya kusumpal, maka tidak ada suara yang
keluar. Kudiamkan sebentar kejantananku agar liang keperawanannya mau menerima
benda tumpul asing. Lalu kutarik ulur perlahan-lahan. Setelah terlihat dia
tidak merasa kesakitan, kutekan lebih dalam lagi. Kutahan lagi.
Kuangkat
perlahan, kutekan sedikit lagi. Begitu berulang-ulang sampai senjataku masuk
semuanya. Dia tetap tidak bisa bicara karena mulutnya kulumat. Kutahan
kemaluanku di dalam, kulepaskan ciumanku. Liang senggamanya menjepit seluruh
batangku di semua sisi. Rasanya bukan main nikmatnya.
“Gimana Tik..?”
“Sakiittt
Masss… Periiihhh… Mmmm..!”
“Tahan
aja dulu, sebentar lagi ilang kok…” sambil kucabut sangat perlahan.
Kutekan
lagi sampai menyentuk ujung rahimnya. Begitu berulang-ulang. Ketika kutarik,
kulihat kemaluan Tika agak tertarik sampai kelihatan agak menggembung, dan kalau
kutekan, agak mblesek menggelembung. Setelah 5 atau 6 kali aku turun naik,
terasa agak mulai licin. Dan Tika pun tidak terlihat kesakitan lagi.
“Tik..,
memekmu sempit banget. Ooohhh enak sekali Tik..!” bisikku sambil mempercepat
gerakanku.
Dia sepertinya sudah merasa nikmat.
Dia sepertinya sudah merasa nikmat.
“Aaahhh…
eennnaaakkk… Masss… aaahhh.. shshshshsh…” desahnya. Kupercepat terus.
“Ah..
ah.. ahh.. ooo.. shshsh.. aaaddduuuhhh… ooohhh..!” pantatnya mulai bergerak
mengimbangi gerakanku. Kira-kira 5 menit, dia mulai tidak terkendali. Pantatnya
bergerak liar. Tiba-tiba dia menekuk, kedua kakinya menjepit pantatku sambil
mengangkat pantatnya. Bibir kemaluannya berkedut-kedut.
Dan,
“Sysurrr.. syuurrr..” dua kali kepala kejantananku disembur oleh cairan
hangatnya.
Karena
aku dari tadi sudah mau keluar dan kutahan-tahan, maka kupercepat gerakanku.
“Masss…
Uuudddaaahhh.. Mmasss.. Aaaddduuhhh.. Gellii.. Maass..!” teriaknya.
Aku
tidak peduli. Keringatnya sudah seperti orang mandi. Kupercepat terus
gerakanku, akhirnya,
“Crooot…
cruuuttt..” tiga kali aku menembakan cairanku di liang kenikmatannya.
Lalu
aku ambruk di sebelahnya.
Tiba-tiba, “Plok.. plok.. plok..” terdengar suara tepukan.
Tiba-tiba, “Plok.. plok.. plok..” terdengar suara tepukan.
Rupanya
Rina sudah dari tadi memperhatikan kami berdua.
“Mas
hebat… Tika.. selamat yaa..!” katanya sambil mencium pipi Tika.
Tika
hanya bisa tersenyum di sela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan.
“Enak
Tik..?” tanyanya lagi.
Tika
hanya bisa mengangguk lemah. Lalu aku memeluk Tika.
“Tika.
Terima kasih yaa..!” kataku sambil mengecup pipinya.
“Tika
juga terima kasih Mas.. Enaakkk banget ya Mass..!”
Aku bangun mengambil baju-bajuku yang berserakan. Kulihat di selangkangan Tika ada bercak-bercak lendir kemerahan.
Aku bangun mengambil baju-bajuku yang berserakan. Kulihat di selangkangan Tika ada bercak-bercak lendir kemerahan.
“Aaaahhh…
Aku dapet perawan lagi..!” batinku.
Lalu
aku ke kamar mandi. Selesai kumandi, gantian Tika yang mandi. Setelah semua
selesai, kami hanya mengobrol saja sambil minum teh hangat yang dibuatkan Rina.
Menceritakan pengalaman yang dirasakan oleh masing.
Aku
lemas karena dalam 2 jam sampai 3 kali main. Sejak saat itu, Tika selalu datang
jam 3 sore. Dan sebelum belajar, kami selalu mengawalinya dengan pelajaran
biologis. Dan Rina sepertinya mengetahui dan menyadari kalau punyanya Tika
lebih oke, jadi dia mengalah selalu dapat giliran kedua.
Dan
mereka pun saling berbagi. Saling mencoba dan mengajari. Aku yang dijadikan
alat eksperimen mereka menurut saja. Abis enak sih. Setelah pembagian raport,
ternyata yang nilainya naik banyak hanya Tika.
Tetapi
keduanya naik kelas dengan nilai di atas rata-rata. Begitulah cerita dewasa
pengalamanku dengan gadis-gadis SMP.
0 Response to "Cerita Dewasa – Semakin Memanas"
Post a Comment